Selasa, 07 Juli 2015

MAKAM KEDUNGLUMBU MANDIRAJA


Cungkup Makam Kedunglumbu
Alkisah berawal sejak jaman Kerajaan Mataram. Kala itu hubungan antara Kerajaan Mataram dengan Kadipaten Pesanten sedang kurang baik. Hal ini disebabkan Sang Adipati Pesanten beberapa kali diundang dalam persidangan tidak hadir. Akhirnya Sang Adipati mendapat peringatan keras dari Kanjeng Sultan Mataram. Demi memperbaiki hubungan Kadipaten Pesantenan dengan Mataram, Sang Adipati pada suatu pisowanan hadir. Namun apa yang terjaadi? Rupa-rupanya para nayaka praja dan para kadang sentana mataram telah terlanjur kurang simpati terhadap Sang Adipati. Bahkan mereka menganggap sikap sang Adipati sebagai suatu pertanda ‘mbalela’. Maka tidak heran kalau kehadirannya di Mataram mendapat tanggapan dingin, bahkan mendapat ejekan yang menyakitkan hati.
Atas tanggapan tersebut, Adipati Pesantenan marah, terjadilah pertengkaran yang berakhir peperangan. Sudah barang tentu Sang Adipati tidak mampu menandingi prajurit Mataram yang jumlahnya sangat banyak. Mundurlah Ia dan hijrah menuju ke arah barat menuju ke daerah Banyumas. dan sampailah di daerah yang sekarang bernama Desa Kebanaran Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Di daerah ini beliau berganti nama menjadi Ki Ageng Penjawi. Kemudian beliau dikenal juga dengan nama Kyai Kedung Lumbu karena bertempat tinggal di Dukuh Kedunglumbu Desa Banaran Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Di daerah tersebut, beliau terkenal menjadi orang berilmu dan sering berbagi ilmu kepada masyarakat sekitar. Sampai akhirnya beliau meninggal dunia di lokasi tersebut, dan dimakamkan juga dilokasi tersebut dengan nama pemakaman kedunglumbu.


Selain peninggalan berupa makam, Ki Ageng Penjawi juga meninggalkan beberapa macam pusaka. Namun untuk menemukan peninggalan Ki Ageng Penjawi terbilang sangat susah karena terkesan disembunyikan dan dirahasiakan.
Setelah berusaha bertanya kesana kemari itupun dengan merahasiakan nama orang yang member petunjuk, akhirnya peninggalan-peninggalan Ki Ageng Penjawi berhasil diketemukan. Peninggalan-peninggalan tersebut disimpan di rumah salah seorang warga namun warga tersebut sudah meninggal dunia sehingga rumahnya dibiarkan kosong tak berpenghuni.
Sentir(?)
Untuk bisa masuk ke rumah tersebut, maka saya mancari keluarga atau anak-anaknya barangkali ada yang masih hidup dan menyimpan kunci rumahnya. Setelah bertanya kepada warga sekitar, bertemulah saya dengan salah satu anak dari pemilik atau penyimpan peninggalan-peninggalan tersebut.
Setelah berhasil masuk rumah tersebut dengan ditemani anak si empunya rumah, saya langsung diajak menuju kamar dimana disitu terdapat satu lemari yang didalamnya disimpan benda peninggalan-peninggalan tersebut. Terlihat dalam lemari tersebut sebuah tombak yang sudah lapuk dan sebuah tempat kotak terbuat dari anyaman bambu. Isi dari kotak tersebut adalah sejenis ikat kepala dan rompi yang kondisinya sudah sangat rusak. Selain itu terdapat juga sebuah benda mirip sentir atau lentera minyak tanah terbuat dari batok kelapa, tapi ini baru perkiraan karena anak si empunya ini sendiri tidak mengetahui benda apa tersebut. (Amin)

0 komentar: